MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT PEGUNUNGAN
Lailatul Qoimah dan Nana Cahana
Keywords:
Pembedayaan, Petani, Pemuda, Sagarahiang.Abstract
Fokus program pengabdian ini adalah terkait Upaya pemberdayaan para petani muda di desa dengan memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai pertanian yang disesuaikan dengan kondisi danletak geografisnya. Ada beberapa alasan mengapa program ini penting untuk dilakukan: Pertama, para petani sayur Sagarahiang selama ini melakukan kegiatan bertani mereka secara instan, dan jarang memperdulikan kesuburan tanah mereka. Penggunaan pupuk kimia lebih besar dari pada pupuk organik. Kedua, petani muda adalah penerus profesi pertani Sagarahiang dengan jumlah 30 % dari seluruh pemuda Sagarahiang. Pemuda lainnya menjauh dari aktifitas pertanian, sebab stigma negatif tentang pertanian dari orang tua mereka yang juga petani, atau karena merantau ataupun secara sadar tidak mau terjun ke dunia pertanian. Ketiga, hasil pertanian masyarakat Sagarahiang dijual ke tengkulak atau ke pedagang pengecer yang berjualan sayur keliling yang datang langsung ke petani. Begitupun olahan produksi hasil pertanian dijual secara sederhana kepada pembeli tanpa berupaya menjualnya ke luar desa dan ke konsumen yang lebih luas.
Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, maka dalam pelaksanaannya program pemberdayaan ini meliputi beberapa tahapan, yakni Tahap Persiapan, Tahapan pengkajian (assessment), Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan, Tahap pemfomalisasi rencana aksi, Tahap pelaksanaan (implementasi) program, Tahap evaluasi, dan Tahap terminasi.
Program pendampingan petani muda di Desa Sagarahiang ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai strategi untuk memberdayakan petani, yaitu : (1) Pembuatan Peta Profil Pertanian. Adapun hasil dari program ini adalah Para pemuda yang sedianya beraktifitas sendiri-sendiri dapat berkumpul dan bekerja sama untuk mengumpulkan data-data yang terkait dengan aktifitas pertanian di desanya, hal ini sebagai bahan membuat peta profil pertanian Sagarahiang. (2) Memahami Pertanian melalui kegiatan Pengajian. Adapun hasil dari kegiatan ini adalah para petani yang terdiri dari ibu-ibu mulai mencoba menanam bawang daun di karung atau plastik sampah bekas minyak goreng kemasan dengan menggunakan bahan-bahan organic untuk pupuknya. Hal ini bisa dilihat dari beberapa tanaman bawang daun yang berjejer di pekarangan rumah warga. Selain itu ibu-ibu mulai sadar bahwa pemuda adalah penerut pertanian merekaaka pemuda diajak serta dalam kegiatan bertani. (3) Pelatihan Sekolah Tani Sagarahiang. Terbentuknya Kelompok Tani Muda Sagarahiang adalah expeted result dari pelatihan pertanini ini. Selain petani muda menyadari pentingya meneruskan profesi petani mereka juga berupaya mendidik kader pertani muda selanjutnya. Diantara skill yang mucul dari mereka adalah pemuda dapat membuat bibit benih sayuran dan berinovasi membuat media tanam sayuran dari pipa paralon. (4) Pelatihan marketing bagi petani. Setelah mengikuti pelatihan marketing, petani mulai timbul keberanian untuk menentukan harga hasil panen sayurannya. Mereka bersepakat menetapkan satu harga yang sama untuk hasil pertanian bawang daun ketika akan menjualnya. (5) Pendampingan marketing produk olahan dan hasil pertanian. Untuk mengantisipasi sisa hasil pertanian yang tidak terjual petani berisiatif membuat produk olahan sayuran dari tomat dan bawang daun dan memasarkannya secara konvensional maupun online. Ini sebagai upaya meningkatkan penghasilan. Atau bisa dikatakan mereka berusaha untuk survive dalam hidup dengan berprofesi sebagai petani muda dan tetap tinggal di desa.